“Bagi sekolah yang belum mampu karena kompetensi pengajarnya, silahkan bekerja sama dengan lembaga non formal yang ada di wilayahnya seperti Madin dan TPQ, atau Jami'iyyah Qurra Wal Huffazh (JQH),” tandas Bupati Blora.
***
Anak dan remaja merupakan aset masa depan yang harus dipersiapkan sejak dini untuk menerima estafet pembangunan di masa yang akan datang. Berbagai upaya terus dilakukan Pemkab Blora untuk menanggulangi kenakalan remaja, salah satunya adalah melaksanakan program yang berkaitan dengan pendalaman ilmu agama.
Program tersebut sekaligus untuk mewujudkan Visi Misi Bupati Blora Arief Rohman yaitu membangun sumber daya manusia yang berkualitas, berdaya saing dan berkarakter.
Menurut Bupati, kenakalan remaja, khususnya di lingkungan pendidikan harus ditanggulangi sedini mungkin melalui program Sekolah Sisan Ngaji.
“Sekolah Sisan Ngaji merupakan perbaikan dari program Baca Tulis Al-Qur'an yang sudah dilaksanakan serentak di SD dan SMP negeri di wilayah Kabupaten Blora, dalam rangka juga untuk menanggulangi kenakalan,” beber Arief Rohman saat berbincang santai dengan awak media sehari sebelum berangkat Umroh, bulan lalu.
“Bukan sekedar anak bisa baca Al-Qur'an,” tegas bupati yang pernah menjadi guru ngaji di Pondok Pesantren An-Nur, Seren Kecamatan Banjarejo yang diasuh oleh orang tuanya itu.
Program pendalaman BTA untuk SD dan SMP itu sendiri telah dilaunching pada Tahun 2022 lalu melalui Surat Edaran (SE) Bupati Nomor: 421/3665/2022. Kedepannya, bupati juga berkeinginan agar program tersebut diinisiatifkan untuk dijadikan Perbub atau bahkan menjadi Perda. “Program ini kita inisiatifkan, kedepan bisa di-Perda-kan,” kata Arief.
Program Baca Tulis Al-Qur'an menurut bupati, telah disosialisasikan di berbagai kegiatan dan juga dikon-sultasikan dengan para pakar. Dan, untuk mempercepat program bupati tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten Blora telah merilis tagline “Sekolah Sisan Ngaji”.
Terkait pelaksanaan program tersebut, dinas terkait telah memberikan solusi jika satuan pendidikan nantinya secara SDM belum mampu melaksanakan program BTA secara mandiri dikarenakan kompetensi guru pengajarnya.
Solusi yang disampaikan adalah sekolah yang bersangkutan bisa bekerja sama dengan lembaga non formal di wilayah setempat seperti Madarasah Diniyyah (Madin), Taman Pendidikan Al Qur'an (TPQ) dan Jami'iyyah Qurra Wal Huffazh (JQH).
“Bagi sekolah yang belum mampu karena kompetensi pengajarnya, silahkan bekerja sama dengan lembaga non formal yang ada di wilayahnya seperti Madin dan TPQ, atau Jami'iyyah Qurra Wal Huffazh (JQH),” tandas alumni program Pasca Sarjana Universitas Indonesia ini.
Mantan Staf Khusus Menteri PDT RI Tahun 2009-2014 ini berharap, dengan dimaksimalkannya program BTA ini kelak tiga dosa besar dunia pendidikan di Kabupaten Blora bisa hilang. “Tiga dosa besar tersebut yakni free sex (seks bebas), bullying (perundungan), dan narkoba,” katanya
“Kedepan jangan ada lagi, agar kita semua merasa nyaman dengan adanya anak-anak yang berakhlak,” imbuh Gus Arief panggilan akrabnya.
Bupati juga tidak menampik jika program BTA yang digagas masih perlu masu-kan agar kedepannya dapat dilakukan pembenahan dan perbaikan.
“Sudah berjalan bagus, namun dengan adanya banyak masukan positif, kami akan melakukan perbaikan dan penambahan materi. Jadi bukan hanya target anak bisa hafalan namun lebih dari itu, anak juga diajari tata cara sholat, berwudlu, dan lainnya,” terang Gus Arief.
Arief Rohman juga menginisiasi bagi siswa yang telah memenuhi kompetensi yang disyaratkan dalam program BTA ini bisa diberikan sahadah sebagai indikator kemampuan, sehingga bisa menjadi pertimbangan ketika masuk jenjang sekolah yang lebih tinggi.
Sejalan dengan program tersebut suami Ainia Shalichah ini mengatakan, para tahfidz Qur'an yang diprogramkan satu desa satu hafidz bisa turut andil dalam mengajarkan Al Qur'an di wilayah masing-masing.
“Para hafidz Qur'an yang ada di desa masing-masing merupakan pionir untuk mengajar-kan Al-Qur'an di wilayahnya,” kata alumni SMA Negeri 1 Blora Tahun 1998 itu.
Sebelum karir politiknya berada di puncak seperti ini, Gus Arief merupakan Guru mengaji di Pondok Pesantren An-Nur Seren Banjarejo milik orang tuanya. Hal itu pula yang menjadikan alumnus Universitas Darul Ulum Jombang ini semakin mantap menjalankan programnya .
“Sekolah Sisan Ngaji, akan menjadi program unggulan setelah melalui perbaikan, untuk meningkatkan sumber daya manusia dan menanggulangi kenakalan remaja,” ujarnya mantap.
Mengadopsi dari Blitar
Rencana Bupati Blora menyukseskan program Sekolah Sisan Ngaji ternyata cukup serius. Langkah yang akan diambil oleh jajaranya adalah mengadopsi program yang telah diterapkan di Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Dalam menerapkan program mengaji, Dinas Pendidikan Kabupaten Blora rencananya akan mengundang dan mengumpulkan seluruh guru PAI tingkat SD dan SMP untuk menerima pengarahan teknik oleh nara sumber dari Blitar Jawa Timur sesuai tagline yang digaungkan yaitu sekolah sisan ngaji.
“Untuk bagaimana tekniknya, kami akan undang nara sumber dari Blitar yang sudah sukses melaksanakan program serupa untuk memberikan pengarahan dan bimbingan bagi guru-guru agama di Kabupaten Blora yang nantinya akan menjadi leader kegiatan di masing-masing sekolah,” terang Bupati.
Kegiatan ini diterapkan secara terjadwal sehingga tidak monoton. Harapanya, anak-anak di Blora akan lebih meningkat pengetahuan agamanya sehingga mereka nantinya tidak hanya unggul di bidang ilmu umum tetapi juga unggul di bidang agama.
Dalam kesempatan tersebut, bupati juga menyampaikan, jika sekolah sisan ngaji rencananya akan dilaunching sekitar Januari 2024.
Sasaran program ini tidak hanya siswa tetapi juga seka-ligus guru-gurunya agar ikut meningkatkan kompetensi keagamaannya, terutama bagi yang muslim. Sedangkan untuk non muslim juga diberikan kebebasan untuk menambah pengetahuan sesuai keyakinan yang dianutnya. (*)