BLORA.-
Gebrakan Bupati Blora, Arief Rohman dalam pencegahan stunting pada bayi di bawah dua tahun (Baduta) melalui Gerakan Sedekah Telur (GST) setiap Jumat patut mendapatkan apresiasi positif.
Selain langkah cerdas, GST bisa dibilang jitu dalam membumikan jurus 5M karena (m)udah untuk dilaksanakan, (m)urah biayanya, (m)emotivasi kepedulian, (m)embangun kerukunan dan (m)antap dalam pengendalian stunting.
Ditambah lagi kegiatan GST dilaksanakan setiap Jumat, sebuah hari yang diyakini memiliki keutamaan dan keberkahan.
Potensi ASN di Kabupaten Blora 9.000 lebih dan setiap ASN tiap hari Jumat mengumpulkan hanya sebuah butir telur ayam di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) masing-masing.
Telur yang terkumpul disetiap OPD selanjutnya disalurkan kepada keluarga yang kurang mampu yang memiliki bayi rawan stunting dibawah dua tahun sebagai tambahan makanan menu bergizi.
Menurut Gus Arief panggilan sehari-hari Bupati Blora itu, telur-telur yang terkumpul dari GST bukan untuk dikonsumsi orang tua namun ke sasaran anak-anak baduta dengan harapan untuk memenuhi gizi agar tercukupi.
Keseriusan Bupati Blora dalam menangani percepatan penurunan stunting ternyata memperoleh perhatian dari pemerintah pusat, terbukti dengan telah diberikannya penghargaan Manggala Karya Kencana (MKK) kepada Bupati Blora dan Ketua TP PKK Kabupaten Blora pada awal Juli 2023.
Sementara itu mantan Kepala Dinas Pertanian Blora Bambang Sulistya mengatakan, GST mengingatkan kembali peristiwa masa lalu sekitar tahun 2001 yaitu pada awal pelaksanaan otonomi daerah yang sedang ramai-ramainya pemerintah mengatasi gizi buruk masyarakat.
Saat itu ia berkesempatan memberikan spirit kepada para Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam pembinaan kepada masyarakat petani agar diselipkan materi pembinaan untuk mengatasi gizi buruk dengan anjuran mengkonsumsi menu makanan “GODOK” (Sego Endok atau nasi telur).
“Kalau di Blora praktisnya sego pecel menu bergizi lengkap murah meriah,” ujar Bambang Sulistya ketika ditemui wartawan, Senin (14/8/2023).
Dirinya merefleksi, bahwa alam keluarga yang kurang mampu biasanya untuk makan sehari tiga kali tentu mengalami kesulitan. Karena ketersedian beras terbatas sebagai sumber karbohidrat berupa nasi dan keterbatasan sumber protein berasal dari telur ayam.
Sehingga untuk mengatasi gizi buruk secara sederhana dan praktis saat itu hanya menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan godok.
“Sego atau nasi berasal dari beras merupakan sumber karbohidrat yang memiliki manfaat sebagai sumber energi bagi tubuh dalam menjalankan berbagai fungsi dan untuk melakukan aktifitas setiap harinya,” tuturnya.
Sementara endok atau telur sebagai sumber protein yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh manusia utamanya untuk anak anak dibawah usia dua tahun .Sehingga sangat tepat bila saat ini Blora digelorakan Gerakan Sedekah Telur (GST) untuk membatu keluarga yang anaknya mengalami stunting.
Namun disisi lain apakah di dalam keluarga yang tidak mampu ketersedian beras masih tercukupi. Kalau belum tercukupi ada baiknya digulirkan Gerakan Sedekah Telur dan Bera s(GSTB) kepada masyarakat yang kurang mampu supaya bisa menikmati Godok (Sego -Endok) setiap harinya. (*).