BLORA.-
Walaupun sudah memasuki era digital, tradisi sedekah bumi masih menjadi agenda rutin yang secara turun temurun dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME yang sekarang digelar secara akbar dan meriah hingga bisa menjadi pemantik para wisatawan.
Seperti yang dilaksanakan oleh warga Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, Rabu (21/6) lalu.
“Sang Maha Pencipta telah melimpahkan berbagai nikmat utamanya keadaan desa yang aman dari malapetaka,” ungkap H. Supardi, salah satu tokoh masyarakat Desa Bogorejo yang juga Ketua Komisi A DPRD Blora, Kamis (22/6/2023).
Ia menambahkan, tradisi warisan leluhur sedekah bumi wajib dilestarikan. Karena ada nilai positif dari penyelenggaraan sedekah bumi, yaitu masyarakat disadarkan akan pentingnya mengembangkan rasa terima kasih dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kemakmuran dan kesejahteraan kepada masyarakat Desa Bogorejo.
Disamping itu dapat dijadikan wahana untuk menumbuhkan semangat gotong royong, kerukunan, kebersamaan dan budaya kepyur serta membangkitkan spirit bersilaturahmi.
Bahkan Kegiatan sedekah bumi merupakan tradisi yang memiliki perwujudan pengamalan Pancasila secara nyata di masyarakat.
Kepala Desa Bogorejo Farid Aang Muallifi mengatakan bahwa penyelenggarakan sedekah bumi ini sebagai wujud realisasi komitmen Kepala Desa dalam rangka uri-uri tradisi adi luhung yang sangat bermanfaat dan sekaligus untuk menghibur masyarakat serta untuk menumbuh semangat silaturahmi supaya guyub rukun sesarengan mbangun Desa Bogorejo.
Sementara itu menurut Mohamad Basirun mantan pejabat Depag yang saat ini sebagai Sekretaris PWRI Kecamatan Bogorejo berpendapat sedekah bumi menurut keyakinannya hukumnya dibolehkan tidak diharamkan karena diniati sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada masyarakat di Desa Bogorejo.
Ia juga menuturkan prosesi kegiatan sedakah bumi. Ia menjelaskan mengapa sedekah bumi dinamakan Gasdesa, karena saat sedekah bumi merupakan hari untuk senang-senang pakai baju baru tempo dulu, sekarang disesuaikan zamannya.
Dengan memakai baju baru kelihatan bergas tanpa beban dan bisa menikmati aneka makanan tradisional yang disajikan seperti dumbeg, pasung, tape, bogisan dan jadah serta makanan lainnya.
“Warga menyediakan aneka jajan, nasi dan lauk secara ikhlas sebagai wujud sedekah,” ucapnya.
Di wilayah desa Bogorejo setiap dukuh menyelenggarakan gasdesa empat kali dengan waktu berbeda, yakni Jumat Legi dukuh Grojokan, Jumat Pon dukuh Kedung Menjangan, Rabu Pon dukuh Krajan dan Minggu pahing dukung Ngamping.
Aneka ritual dan hiburan yang ditampilkan sajian campur sari Putra Ligna asuhan kepala desa. Selain itu ada tayuban, wayang kulit, kegiatan tausiah, istighotsah, tahlil, selawat Nabi dan hanya di Bogorejo diadakan arak arakan karnawal lengkap seperti ritual memperingati hari jadi Kabupaten Blora.
Start dari perbatasan masuk Bogorejo menuju Bumi Tanjung tempat Simbah Bogo Punjul. Tempat itu ada pohon tanjung yang dulu tempat untuk mendamaikan warga yang sedang berselisih.
Arak-arakan diawali mobil patroli polisi diikuti barisan yang terdiri dari kepala desa, para punggawa desa, BPD, LKMD, RW, RT. Baru menyusul Tumpengan dari 10 RT, barisan Barongan dan barisan terakir dari berbagai elemen anggota masyarakat yang ikut berpartisipasi mengikuti karnawal.
Sampai tempat Bumi Tanjung agenda acara adalah kegiatan sambutan kepala desa dan kegiatan doa untuk keamanan, kedamaian, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Desa Bogorejo.
Kegiatan sedekah bumi di Bogorejo tahun ini dilaksanakan secara istimewa dan ternyata mampu mengundang animo masyarakat serta memberikan hiburan kepada masyarakat.
Serta mendapat respon positif dari berbagai pihak baik dari masyarakat di desa Bogorejo maupun di luar desa Bogorejo. Bahkan Camat dan staf kecamatan serta banyak anggota DPRD Kabupaten Blora yang ikut mengayubagya kegiatan tersebut.
Mengingat selama masa pandemi corona kegiatan Gasdeso di desa Bogorejo mengalami kefakuman hanya diadakan kegiatan istigotzah,tahlil dan dzikir bersama yang dilaksanakan oleh sebagian anggota masyarakat atas dukungan dan restu KH. Moh. Ma'shum Fathoni. (*).