BLORA.-
Kegiatan halalbihalal di bulan Syawal bak merebaknya jamur di musim hujan. Setelah dua tahun vakum akibat pandemi, paguyuban sepeda pancal BJJ menyelenggarakan kegiatan halalbihalal di rumah pribadi H. Soedadyo selaku ketua pada Selasa (9/5/2023).
Uniknya, halalbihalal anggota BJJ ini diawali dengan kegiatan bersepeda santai dengan menelusuri panorama indahnya Kota Sate Blora Mustika selama satu setengah jam lalu menuju ke rumah kediaman mantan Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Blora di kawasan Kridosono, Blora.
Para peserta gowes mengaku bersyukur karena selain bisa merasakan suasana kehangatan, kekeluargaan, kegembiraan dan kebugaran, juga masih bisa menikmati kegiatan halalbihalal secara GG (Gawe Guyub, Gawe Guyu, Gratis Gratisan, Gawe Gagasan dan Golek Ganjaran).
Pada kesempatan tersebut mantan Sekda Blora yang juga Ketua PWRI Blora, H. Bambang Sulistya diminta untuk memberikan spirit agar pertemuan ada nilai manfaatnya.
“Saya menyampaikan sebuah kata populer yang saat ini hampir setiap hari keluar atau dimuat di masmedia baik cetak maupun elektronik, yaitu Koalisi,” jelasnya.
Dijelaskan, kita pun paham bahwa tahun politik ternyata telah memberi suguhan yang menarik dan menghibur tentang sekelompok elit politik di tingkat nasional mengotak-atik saling melakukan manuver dan pendekatan agar terbentuknya koalisi ideal yang mampu menarik dan menjadi daya pikat kepada masyarakat yang kelak koalisi tersebut mampu menyuguhkan pasangan Capres-Cawapres yang akan memenangkan kompetisi di tahun 2024.
“Ada yang memaknai koalisi adalah sebuah atau sekelompok persekutuan, gabungan, atau aliansi beberapa unsur yang dalam kerjasamanya masing masing memiliki kepentingannya sendiri sendiri,” terangnya.
Koalisi seperti ini mungkin bersifat sementara atau berasas manfaat.
Sementara menurut KBBI koalisi merupakan kerjasama antara beberapa partai untuk memperoleh kelebihan suara dalam parlemen.
“Namun disini Koalisi saya maknai sebagai sebuah akronim yang mampu memberi semangat dan ketegaran untuk berkarya nyata dalam hidup di zaman yang penuh dengan tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan,” bebernya.
Yaitu, K:Komitmen kita adalah tetap seperti di saat bulan Ramadan, yaitu melaksanakan perintahNya dan meninggalkan laranganNya serta menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak. Sehingga sikap ke hati hatian dan waspada menjadi pilihan utama.
Stop kebiasaan menilai orang lain dari sisi negatif dan suka menebarkan berita hoaxs serta memiliki Sikap mental WTS (Waton Suloya) selalu menghujat dan berprasangka buruk apapun kebijakan dilakukan pemerintah.
O:Optimis dalam menghadapi hidup sehari hari. Apalagi hidup itu misteri segala peristiwa atau kejadian yang akan menimpa kita tak pernah kita ketahui.
Sehingga pilihan kita dalam setiap melangkah harus dilandasi oleh niat baik dan semangat optimis karena ada ungkapan setiap kesulitan pasti ada kemudahan,setiap masalah pasti ada solusi dan setiap penyakit pasti ada obatnya.
Berikutnya, A:Aktif bersilaturahmi baik kepada saudara,teman maupun kepada orang orang yang kurang beruntung.Karena orang yang suka silaturahmi dijamin hidupnya akan bahagia dan ada harapan menjadi manusia yang mulia dan kelak masuk surga.
Apalagi saat ini masih banyak saudara saudara kita yang menderita yang sangat membutuhkan perhatian dan sentuhan jiwa.
L:Libatkan Allah dalam setiap langkah kita baik dalam duka dan suka.Berhentilah kebiasaan mengeluh apalagi suka pasang status di HP disaat kita sedang dirundung kesedian, kegalaun dan kesulitan hidup.
“Curhatlah kepada Tuhan Yang Maha Bijaksana agar diberi jalan yang terbaik dalam kehidupan,” tuturnya.
Gelorakan motivasi diri agar setiap saat kita selalu bersyukur dan bersabar dalam menghadapi ujian kehidupan.
I:Ingat bahwa kita adalah sebagai manusia yang tidak sempurna yang memiliki keterbatasan dan kekurangan.Sehingga kiprah yang harus kita lakukan adalah untuk menciptakan semangat saling asah,asih dan asuh kepada sesama umat.
Tebarkan budaya kasih sayang kepada siapapun,kapanpun dan dimanapun kita berada agar hidup makin terarah dan berkah dan hindari sikap permusuhan apalagi sikap yang selalu mengagap dirinya paling benar dan suka mengkafirkan orang lain.
Kemudian, S: Sedekah/berbagi/kepyur jadikan kebutuhan hidup.Bahkan sedekah/berbagi/kepyur menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah dalam kehidupan.
Ada ungkapan jawa sopo sing seneng kepyur uripe bakal makmur lan mujur (Siapa yang suka berbagi hidupnya akan sejahtera dan selamat).
I:Ibadah makin ditingkat mantapkan apalagi siap diamalkan dalam hidup sehari hari.Termasuk ungkapan satunya kata satunya dalam perbuatan dan hindari langkah yang tersirat dalam ungkapan jawa esuk dele sore tempe.
Kemudian disampakan tausiah oleh H.Soedadyo yang sehari-hari aktif menjadi imam di berbagai masjid dan diberi amanah sebagai salah satu unsur pimpinan Organisasi Muhammadiyah Kabupaten Blora.
Ia mencoba menjabarkan langkah yang mestinya dilakukan umat setelah bulan Ramadan dengan Akronim L5.
L1: Lebaran artinya bulan Ramadaan sudah selesai memasuki bulan Syawal bulan peningkatan dalam pengendalian diri dan peningkatan ibadah baik yang wajib maupun sunah.
Selanjutnya L2 : Luberan artinya memberikan sedekah/berbagi/kepyur bagi yang memiliki kesempatan atau kelebihan kepada kaum duafa.
L3: Leburan yaitu upaya melebur dosa saling memberi maaf satu dengan yang lain baik dosa yang disengaja maupun maupun yang tidak disengaja.
L4: Laburan artinya kembali hati menjadi putih atau suci sehingga upaya menjaga hati tetap menjadi bersih tetap ditingkat mantapkan dalam menampak kehidupan ke masa depan.
Berikutnya, L5:Liburan artinya sudah prei/berhenti untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menimbulkan dosa.
Disamping itu H.Soedadyo menjelaskan makna Kupat dalam bahasa jawa laku papat (tindakan empat) yang harus dilaksanakan dalam memasuki bulan syawal yang sesuai surat Ali Imron 134-134, yaitu pertama bersegeralah untuk mendapat ampunan dari Allah, kedua bersedekah kepada kaum duafa disaat sempit maupun lapang.
Ketiga bersikap sabar setiap menghadapi ujian dan musibah.Menahan amarah menjadi kunci utama dalam membangun kondusifitas di masyarakat. Keempat sikap saling memaafkan adalah perilaku terpuji yang sangat dicintai Allah.
H.Soedaya juga menjelaskan simbolisasi tentang punakawan Semar,Gareng, Petruk dan Bagong dalam pewayangan sebagai gambaran perilaku dan pitutur baik bagi kita semua.
Dirinya mengingatkan bahwa di bulan Syawal adalah bulan peningkat agar amalan amalan di bulan Ramadan terus dimantabkan seakan akan kita memasuki bulan Ramadan lagi.
Bahkan menganjurkan puasa sunah enam hari dibulan Syawal yang pahalanya seperti puasa selama satu tahun.Kegiatan halalbihal diakhiri dengan bersalam salaman dan swafoto. (*).