BLORA.-
Sebagai wujud rasa syukur akan bertemu bulan Ramadan 1444 H/2023, anggota Klub Sepeda Pancal BJJ yang komandani oleh H. Soedadyo melaksanakan kegiatan sepeda santai menuju ke tempat wisata waduk Tempuran Indah, di Desa Tempuran, Kabupaten Blora, Rabu (22/3/2023).
Diawali dengan doa bersama sebelum peserta start dari Lapangan Kridosono dengan semangat membara dalam suasana guyub rukun. Setelah 40 menit perjalanan, peserta gowes tiba di tempat wisata kebanggaan masyarakat Blora.
Di lokasi yang indah yang memiliki udara segar peserta gowes berkeliling ke waduk tempuran dengan naik perahu. Salah seorang peserta gowes bernama Bu Agung sempat menyeletuk demgam canda'an, bahwa Waduk Tempuran sangat cocok untuk wisata keluarga sekaligus proses ke MK (mendinginkan kepala) di saat mengalami kejenuhan hidup.
Lain halnya komentar Sudarmono, mantan Danramil itu beranggapan Waduk Tempuran lebih mendukung untuk tempat MK (memadu kasih) bagi generasi milenia dan generasi Keren (kelompok rentan) yang berjiwa muda. “Karena tempatnya rindang, sejuk, dan damai. Pemandangan di sini cukup indah dengan terbentangnya alam persawahan serta aneka pepohonan yang mengelilingi waduk Tempuran,” ujarnya.
Sambil menunggu tersajinya hidangan makanan masakan ikan tawar, H. Soedadyo memanfaatkan waktu yang tersedia untuk memberikan pencerahan kepada para anggota sepeda santai dalam menyambut datangnya bulan Ramadan 1444 H.
Mantan Kepala Dinas Tenaga Kerja Tranmigrasi dan Sosial Kabupaten Blora itu mengawali tausiahnya dengan ungkapan, mestinya kita patut bersyukur kepada Allah karena sebentar lagi kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati bulan Ramadan.
“Sebagai umat muslim dengan datangnya bulan Ramadan kita harus memperlihatkan penuh antusias, kegembiraan, baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia,” pesannya mengawali tausiah.
Ramadhan lanjut Soedadyo, memiliki keutamaan yang sangat besar bila dibandingkan dengan bulan bulan yang lain.
Kegembiraan memasuki bulan Ramadhan tidak cukup dengan hanya mengucapkan Marhaban ya Ramadan atau selamat datang Ramadan, melainkan perlu pembuktian secara nyata dengan membersihkan jiwa dari noda dan dosa serta memantapkan tekad yang membaja untuk melawan hawa nafsu.
Ada 5M yang harus dihindari di dalam kehidupan ini. Tindakan tersebut sebagai upaya dalam mengendalikan diri untuk membersihkan hati di bulan Ramadhan.
“Dulu kita sering mendengarkan pitutur dari nenek moyang kita tentang Mo lima, yaitu lima hal yang berkonotasi negatif,” ucapnya.
Yaitu Madon, Medem, Maling, Main dan Madat (Main perempuan, Mabuk,Mencuri, Judi dan narkoba).
Namun yang dimaksud 5 M disini adalah lima sikap atau tindakan yang harus dieliminir dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat, antara lain sebagai berikut:
Satu, (M)-merasa dirinya paling benar baik dalam tindakan, ideanya, keputusannya, maupun segala ucapannya sehingga ada keyakinan dalam dirinya bahwa orang lain dianggap salah.
Dua, (M)-merasa dirinya paling baik, walaupun ia suka curang, mencela orang lain, munafik dan mulutnya suka berkata kotor serta tindakannya selalu berbuat maksiat dan batil. Tiga, merasa dirinya paling pintar dan orang lain dianggap bodoh, dungu atau bebal.
Sikapnya kurang (M)-menghargahi pendapat orang lain, cenderung egois dan cuek merasa sok pinter kurang peduli dengan kehidupan orang lain.
Empat, (M)-merasa tidak pernah berdosa besar dan akherat tidak begitu diyakini. Ia selalu mengikuti aliran atau pendapat bahwa masa muda untuk berfoya foya, masa tua kaya raya dan mati masuk surga.
Lima, (M)-merasa dirinya jago sedekah/kepyur/berbagi dan mengagap dirinya seorang dermawan yang suka pamer menjadi orang yang paling getol membagi bantuan.
Sementara menganggap orang lain pelit dan tidak punya kepekaan kepada orang yang kurang beruntung.
Sebelum mengakhiri wejangan H. Soedadyo menjelaskan tentang Ramadan yang memilik makna membakar atau mengasah. Disebut membakar karena dalam bulan Ramadan dosa dosa orang umat muslim akan dibakar habis.
“Sedang Ramadhan berarti mengasah karena dalam bulan inilah jiwa manusia diasah dan diasuh kembali sehingga manusia tidak lagi sombong bin mlete dan tidak tunduk pada hawa nafsu serta mementingkan dirinya sendiri,” ucapnya.
Ia mengakhiri wejangannya dengan membacakan hadist Riwayat Buchori, Rasul bersabda bukan golongan kami orang yang suka mencela, suka melaknat dan suka mulutnya berkata kotor. Selanjutnya bukan golongan kami orang yang suka berlaku curan (HR Abu Daud).
Selesai tausiah dilanjutkan makan bersama ala empat sehat lima sempurna. Baru kali ini kita merasakan nikmatnya makan bersama di wisata waduk Tempuran Indah semoga kita termasuk orang orang pandai bersyukur dan orang orang yang selalu senang dengan datangnya bulan Ramadan.
“Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadan 1444H. Saatnya bersihkan jiwa dari segala dosa untuk kembali fitrah meraih berkah,” ucapnya. (*).