Mudik Itu Berkah

SUDAH dua tahun masyarakat Indonesia harus menahan diri tidak melaksanakan mudik akibat Covid-19. Karena itu kita patut berterima kasih kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), karena pada Ramadan 2022 pintu mudik dibuka kembali walaupun tetap harus memperhatikan dan melaksanakan protokol .

Sudah menjadi tradisi khas nusantara, setiap keagamaan selalu diwarnai adanya kegiatan mudik yang selama ini sering diartikan sebagai tradisi pulang kampung.

Dalam bahasa Jawa, mudik dimaknai “mulih disik” atau dari kata udik yang dalam bahasa Betawi artinya kampung. Ada yang menafsirkan mudik berasal dari bahasa Arab “Al-aud” yang berarti kembali.

Mudik adalah kembali ke asal, yakni udik. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti pulang ke kampung halaman. Pulang ke kampung halaman yang jauh dari aktivitas keramaian dan dinamika kota.

Mudik dilakukan secara berulang-ulang, baik ketika , liburan sekolah, dan tahun baru. Sehingga mudik menjadi atau tradisi di Negara .

Menyadari penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, maka puncak mudik adalah ketika perayaan . Pada momentum itu berjuta manusia disertai angkutan tranportasinya berduyun-duyun menyemut pulang kampung.

Tradisi mudik bukan rekayasa pemerintah atau ciptaan negara, namun mudik merupakan naluri alamiah manusia untuk kembali ingin menebarkan kerinduan dan kedamaian kepada orang tua, saudara, sahabat, teman-teman, dan kampung halaman.

Mudik sudah menjadi identitas budaya Nusantara yang berasal dari para leluhur. Bahkan menurut Umar Kayam yang seorang Sastrawan, budayawan, sosiolog dan Guru besar Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada berpendapat, bahwa mudik merupakan tradisi yang sudah ada sejak Zaman Hindu- Buddha.

Dahulu, mudik dimanfaatkan oleh para Jawa mengunjungi kampung kelahiran untuk berziarah ke para pendahulunya. Disamping untuk bertemu dengan orang tua dan saudara keluarga besarnya.

Seiring dengan perkembangan zaman saat ini tren mudik juga mengalami pergeseran makna dan nilai. Tidak sekedar pulang kampung dan bertemu keluarga besar dan mengenang masa lalunya, namun mudik ternyata memiliki berbagai manfaat yang berdampak positif bagi kehidupan di masyarakat.

Baca Juga:  Petani Blora Bertahan di Tengah Fluktuasi Harga Cabai

Ada ungkapan, bahwa kegiatan mudik merupakan ekspresi yang memiliki makna sebagai dimensi spiritual-kultural, dimensi psikologis dan demensi . Sehingga saya merumuskan nilai manfaat mudik dalam sebuah akronim BERKAH.

Berkah dalam hal ini tidak sekedar kenikmatan, kebahagian dan kebaikan hidup, akan tetapi memiliki berbagai keuntungan yang diharapkan ketika kita melaksanakan mudik, diantaranya adalah sebagai berikut;

Huruf (B)-Bertemu dengan keluarga besar orang tua kita dan sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai ajang silahturahmi kepada saudara, sahabat, tetangga dan teman masa lalu.

Hal itu dapat memberikan sebuah kebahagian yang alami dan sekaligus mampu memberi sentuhan nurani bahwa kita adalah saudara.

Bukan lagi merasa jadi orang asing di keluarga besar orang tua dan kampung kelahiran kita sendiri. Kita akan dapatkan berbagai cerita masa lalu dan masa kini yang membuat kita terhibur dan bisa meningkatkan diri.

Kemudian (E)- diri tentang keberadaan kita saat ini. Baik yang menyangkut , hubungan kekeluargaan, kepekaan sosial maupun dalam pengamalan spiritual.

Kegiatan evaluasi diri di saat mudik adalah momentum yang tepat sehingga dapat dijadikan referensi untuk penyempurnaan mudik di masa yang akan datang.

Huruf (R)-Ruang yang dapat dimanfaatkan untuk mengisi kegersangan hidup dalam jiwa para pemudik yang selama ini hidup di kota penuh dengan tekanan, kekerasan dan beban kerja yang dapat mendorong timbulnya emosi dan stress.

Bertemu dengan sanak saudara, sahabat bermain dan teman sekolah dan suasana di kampung halaman akan merasakan kenyamanan, ketenangan dan bernostalgia masa lalu akan menjadi obat penyejuk hati dan rindu.

Selanjutnya huruf (K)-Kesempatan untuk belajar sabar dan hidup sederhana. Ketika di perjalanan saat menghadapi kepadatan lalu lintas kita sudah berlatih bersabar apalagi pada saat pulang masih dalam keadaan berpuasa ().

Baca Juga:  "MERDEKA" dalam Refleksi HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77

Ketika di kampung, kita menyaksikan kehidupan masyarakat yang hidup guyup rukun penuh kesederhanaan dan makan seadanya. Kondisi semacam itu dapat menginspirasi dan memberikan pelajaran yang berharga untuk hidup sederhana.

Berikutnya hurup (A)-Agen perubahan dan peradaban bagi para pemudik untuk mendorong kemajuan di kampung halaman.

Kehadiran pemudik di kampung halaman tidak hanya menebar cerita- cerita pengalaman di perkotaan atau tempat kerja tapi sangat diharapkan dapat membagikan berbagai gagasan yang mampu memberikan spirit bagi masyarakat di kampung halaman.

Sehingga ada slogan yang harus diimplementasikan “Pulang Kampung Harus Beruntung”. Baik untung pada diri sendiri maupun untung untuk kampung halamannya.

Selain gagasan, kehadiran para pemudik juga dapat meningkatkan perekonomian di daerah/ kampung halaman. Karena budaya kepyur kepada kaum duafa pasti juga dilakukan bagi para pemudik.

Terakhir huruf (H), Hadirkan semangat dan harapan baru bagi masyarakat dan para pemudik. Tentu setelah bersosialisasi selama berlibur di kampung halaman, banyak hal yang dapat diperoleh terutama yang berkesan positif–seperti halnya kita tambah saudara, tambah ide dan tambah jaringan kehidupan. Sehingga kedepan kita bisa memiliki harapan, esok harus lebih baik dari pada hari ini.

Akhirnya secara sadar kita paham bahwa mudik itu berkah yang mengandung banyak manfaat bagi hidup dan kehidupan kita di masyarakat.

Karena itu mudik harus dilestarikan, dan jadikan mudik sebagai upaya untuk melakukan amal saleh dan kebajikan. Gaul membawa buah Sirsat, Buah sirsat obat asam urat, Hari Raya sudah dekat, Jangan lupa sedekah dan berzakat. (*)

*) Penulis adalah Ketua , yang juga mantan Sekda , dan pernah menjadi anggota .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *