BLORA. – Hidup memang penuh misteri, berita mengagetkan dan memilukan terkadang tiba-tiba muncul ketika kita sedang santai. Ungkapan itu disampaikan Ketua Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Blora, H. Bambang Sulistya mensikapi situasi lonjakan persebaran COVID-19 di Kabupaten Blora.
Seperti yang terjadi Selasa sore (22/6/2021), tiba-tiba Ketua RW V Perumnas Karang Jati, Bukit Effendi menghubunginya lewat telpon untuk mengabarkan bahwa tetangga di samping rumah, suami isteri, sudah beberapa hari sakit dengan gejala, keluhan awal meriang, sakit tenggorokan, badan terasa sakit, batuk, dan diare.
“Setiap matanya tertutup karena tidur ia mengigau, dan saat ini kondisinya lemas, nafasnya ngos-ngosan dan badannya selalu gemetar,” ujar Bambang Sulistya menirukan cerita sang ketua RW.
Bukit Effendi yang kebetulan juga pengurus PWRI Kabupaten Blora memiliki kesamaan sikap dengan Bambang Sulistya yaitu aktif mengamalkan Semboyan PWRI.
“Semboyan PWRI, bahwa setiap langkah untuk beribadah, dan setiap detik untuk berbuat baik,” tutur Bambang Sulistya, Rabu (23/6/2021).
Sebelumnya, ketua RW sudah melapor ke Puskesmas namun hanya ada imformasi kalau di Rumah Sakit kamarnya sudah penuh dan disarankan agar tetap diupayakan tinggal di rumah.
“Saya langsung menanyakan bagaimana kondisi kedua pasien sekarang? dijawab Pak Bukit, bahwa sore ini sudah lemas dan terus menangis,” ungkapnya.
“Semata-mata hanya didorong rasa kemanusian, spontanitas dan tanpa berpikir prosedural saya langsung menelpon Kepala Dinas Kesehatan Kabupatan Blora, dan saya sampaikan kondisi pasien itu perlu penangan secara akrobatik” tambahnya.
Ternyata respon dari Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, Edi Widayat sangat familiar dan penuh perhatian walaupun kendala yang dialami pada saat ini kondisi kamar di Rumah Sakit sudah penuh.
“Tanggapan beliau sangat menyejukkan melalui ungkapan, tolong disampaikan keluarga keluarga pasien agar mempersiapkan diri. Karena segera akan ada petugas yang menangani untuk menjemput pasien,” jelasnya.
Ternyata benar, dalam waktu singkat ketua RW mengabarkan jika ada mobil ambulan datang dan membawa pasien untuk dirawat di rumah Sakit DKT Blora.
Menurut Bambang, sikap santun, penuh perhatian dan cepat oleh pejabat publik dalam merespon persoalan dalam masa pandemi COVID-19 sekarang ini sangat dirindukan masyarakat.
Bambang yang mengaku sangat mengenal pribadi Edi Widayat menceritakan, bahwa dulu sebelum memiliki jabatan struktural dia sering berdiskusi tentang dinamika masyarakat pedesaan bersama kepala Dinkes itu.
“Kebetulan yang bersangkutan merupakan aktivis desa dan pada waktu itu juga sebagai Ketua Komite Investasi Desa yang mengelola bantuan untuk masyarakat yang dananya bersumber dari Bank Dunia,” ucapnya.
Dalam grup diskusi kelompok 5 persen, katanya, Edy Widayat sempat mendapat predikat “OK”. Bukan “Orang Kaya” tetapi “Omprong Kusuma”.
Selain jadi Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI) eks Karesidenan Pati, Edy Widayat sekarang ini juga menjabat Camat Todanan.
“Sikap dan kiprahnya selaku Plt. Kepala Dinas Kesehatan dalam mengendalikan pandemi COVD-19 di Kabupaten Blora memang patut mendapat apresiasi positif,” tandas Bambang yang mantan Sekda Blora itu.
Edy Widayat dikenal memiliki semangat yang tidak kenal menyerah dalam melaksanakan amanah, bahkan waktu istirahat setiap hari kurang karena tidurnya hanya 5 jam. Hari Minggu pun dimanfaatkan oleh Edy untuk monitoring dan memotivasi para petugas yang bertugas di tempat isolasi terpusat.
“Dalam hidup dan bekerja, beliau berpegang pada semangat SIAP (Sabar, Ikhlas, Aktif dan Pasrah). Berbagai kiat telah dilakukan dalam menghadapi COVID-19 di Blora yang saat ini masuk zona merah,” ungkap Bambang.
Dalam mempersiapkan rumah sakit rujukan dengan menambah tempat tidur untuk pasien yang kena COVID-19, Dinkes Blora menjadikan lokasi perawatan pasien yang awalnya 70 persen di RS Blora dan RS Cepu, menjadi 100 persen. Ditambahkannya RS DKT Blora karena sudah tidak bisa mengharapkan RS diluar Kabupaten Blora.
Selain itu, Dinkes Blora juga menyiapkan isolasi terpusat dengan memanfaatkan, Hotel Mega Bintang 200 tempat tidur. Wisma patra 1 dan 5, ada 55 tempat tidur. Asrama Poltekes ada 80 tempat tidur serta, mengintensifkan penyuluhan masyrakat.
“Semoga teladan Kadinkes ini dapat memberikan kontribusi positif bagi citra para pejabat dan berbagai pemangku kepentingan dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat di saat sulit ini,” ucapnya.
“Langkah dan tindakan Dinkes Blora diharapkan mampu menghapus budaya, mengapa harus dipermudah kalau bisa dipersulit,” tutupnya. (*)